Salah satu pengaruh kelancaran laju kendaraan dan tingkat konsumsi bahan bakar adalah aerodinamika desain mobil. Sebab, desain yang baik bisa memaksimalkan traksi ban, stabilitas mobil, hingga tenaga mesin. Selain itu, gerak mobil juga tidak terlepas dari drag coefficient. Berikut penjelasan lengkapnya!

Apa itu Drag Coefficient?

Drag coefficient atau biasa disebut indeks hambatan adalah ukuran seberapa besar suatu benda dalam menahan gerakan selama aliran fluida seperti udara atau air. Dalam konteks kendaraan, drag coefficient adalah kemampuan mobil melewati hadangan angin yang berpengaruh terhadap konsumsi bahan bakar.

Semakin kecil angka drag coefficient, semakin maksimal pula gerak mobil yang bisa meningkatkan efisiensi bahan bakar. Oleh sebab itu, dalam mengembangkan suatu model mobil, hal utama yang dipertimbangkan insinyur adalah desain body.

Drag coefficient mobil pada umumnya sekitar 0,3 hingga 0,6, mobil sport sekitar 0,25 hingga 0,3, dan bus sekitar 0,6 hingga 0,7. Angka tersebut diperoleh dengan mempertimbangkan desain lengkung bagian depan, samping, dan belakang.

Nilai Drag Coefficient

Nilai Drag coefficient didapatkan berdasarkan perpaduan dimensi dan desain mobil. Artinya, cara mereduksi hambatan dengan memperhitungkan desain depan, belakang, samping, dan bawah. Bagian yang paling mempengaruhi hambatan adalah bagian depan dan desain lekukan di sisi samping. Semakin besar bidang yang menerpa hambatan, semakin besar pula beban mobil dalam menerpa hambatan. Hal ini dapat menyebabkan kendaraan tidak stabil dan terjadi pemborosan bahan bakar.

Tingginya drag coefficient juga dapat berdampak pada mobil yang melaju dalam kecepatan tinggi. Semakin tinggi angka drag coefficient, akan semakin sulit akselerasi mobil hingga bahan bakar yang digunakan semakin banyak.

Oleh sebab itu, drag coefficient masuk dalam pengujian wind tunnel (terowongan tempat uji mobil) untuk mengetahui besarnya daya hambatan yang dilewati angin terhadap mobil. Semakin dinamis desain sebuah mobil, semakin kecil pula nilai drag coefficient-nya.

Nilai drag coefficient yang rendah dapat mendukung performa sebuah kendaraan, mulai dari efisiensi bahan bakar hingga kestabilan kendaraan saat dikemudikan dalam kecepatan tinggi. Selain itu, nilai drag coefficient paling aerodinamis berada kisaran 0,2.

Daftar Mobil Paling Aerodinamis

Berikut deretan mobil paling aerodinamis yang memiliki nilai drag coefficient rendah.

1. Mercedes-Benz A-Class

Memiliki nilai drag coefficient 0,22, alur body mobil Mercedes-Benz A-Class tampak dirancang dengan matang. Kolong mobil tertutup panel utuh yang dapat mengurangi hambatan udara. Selain itu, mobil ini dibekali mesin M282 4-silinder dengan kapasitas 1.332 cc dan tenaga 163 PS (134 hp) pada 5.500 rpm, serta torsi 250 Nm di 1.620 Nm. Harga mobil A 200 Hatchback Progressive dibanderol sekitar Rp 700 juta, sementara sedan A 200 Sedan Progressive Line dibanderol Rp800 juta off the road.

2. Mercedes-Benz CLA

Nilai drag coefficient Mercedes-Benz CLA adalah 0,22.  Memiliki desain aerodinamis, mobil ini  memiliki tampilan sporty ditunjang perangkat aksesori AMG, seperti apron depan, apron belakang, panel samping, pelek 18-inci, hingga setir. Mobil ini dibanderol sekitar Rp865 juta off-the-road.

3. BMW 5 Series

Sama seperti dua mobil sebelumnya, BMW 5 Series memiliki nilai drag coefficient 0,22. Selain hemat bahan bakar dan nyaman dikendarai, mobil ini juga terbukti aerodinamis. Di Indonesia, mobil BMW 5 Series dijual dalam tiga tipe. Tipe paling murah BMW 520i Rp1,225 miliar, BMW 520i M Sport Edition 75 Rp1,259 miliar, dan BMW 530i M Sport Rp1,441 miliar. Semua harga tersebut dalam status on-the-road.

4. Tesla Model 3

Memiliki nilai drag coefficient 0,23, Tesla Model 3 pantas disebut mobil aerodinamis. Mobil ini didesain tanpa grille di depan karena tidak memerlukan asupan udara untuk mendinginkan mesin. Mobil ini bisa dengan mudah membelah angin karena ditunjang desain bodi streamline.

5. Mercedes-Benz E-Class

Mercedes-Benz E-Class memiliki drag coefficient 0,23. Mobil ini ditawarkan dalam banyak tipe. Tipe termurah  E 200 Avantgarde Line Rp1,060 miliar (off-the-road), E 300 SportStyle Avantgarde Rp1,280 miliar (off-the-road), dan sedan E 350 AMG Line Rp 1,5 miliar (off-the-road). Kemudian, ada tipe 2 pintu E 300 Coupe AMG Line yang dibanderol paling mahal Rp1,675 miliar (off-the-road).

Itulah penjelasan mengenai drag coefficient beserta contoh mobil paling aerodinamis. Jika OtoFriends ingin membeli mobil, sebaiknya perhatikan juga nilai drag coefficient yang dimiliki. Selain itu, jangan lupa untuk membawa mobil kesayangan ke bengkel terdekat untuk servis rutin. Tidak perlu antri lama di bengkel, OtoFriends bisa melakukan booking online lewat aplikasi Otoklix. Dapatkan berbagai penawaran menarik dan harga servis yang bersaing!

Pertanyaan Seputar Drag Coefficient

Drag coefficient atau biasa disebut indeks hambatan adalah ukuran seberapa besar suatu benda dalam menahan gerakan selama aliran fluida seperti udara atau air. Dalam konteks kendaraan, drag coefficient adalah kemampuan mobil melewati hadangan angin yang berpengaruh terhadap konsumsi bahan bakar. Semakin kecil angka drag coefficient, semakin maksimal pula gerak mobil yang bisa meningkatkan efisiensi bahan bakar.

Salah satu penyebab timbulnya gaya aerodinamis pada kendaraan adalah terdapat distribusi tekanan pada permukaan bodi kendaraan.

Fungsi aerodinamika pada mobil adalah menyeimbangkan kecepatan mobil dan menghindarkan pengemudi dari kecelakaan. Mobil dikatakan aerodinamis apabila memiliki nilai drag coefficient yang rendah. Semakin rendah drag coefficient, maka laju mobil bisa lebih stabil dan bisa menghemat bahan bakar.